Sabtu, 22 Februari 2014


Menyapa Rumput Laut Nusa Penida
            Nusa Penida tidak hanya sebuah pulau di tenggara Pulau Bali. Bila menyusuri pesisir utara menuju timur pulau ini, rumput laut yang dijemur menyapa siapa pun yang melintas. Aromanya khas. Panen langsung dari lahannya.
            Mengikat bibit, menanam dan memanen rumput laut menjadi hal biasa. Di Dusun Batu Mulapan misalnya. Profesi menjadi petani rumput laut merupakan mata pencaharian mayoritas penduduk.
            Pesisir yang landai menjadi area tepat bagi lahan rumput laut. Ditambah cuaca yang cerah, ombak dan angin yang stabil semakin menggugah semangat petani bekerja. Warga lokal pun menyebut rumput laut sebagai bulung. Jenisnya beragam. Namun jenis yang biasanya dikembangkan adalah katoni dan spinosum.

Petak-petak lahan rumput laut di Nusa Penida
            Ketut Narti (35) salah satunya. Wanita tangguh ini sudah akrab dengan rumput laut sejak berusia 15 tahun. Menggarap lahan rumput laut seluas 2 are tetap dilakoninya meskipun suaminya telah meninggal. Bulung gadang menjadi pilihan untuk ditanam di lahannya di Dusun Batu Mulapan. “Lahan disini hasil rumput lautnya bagus. Pemandangannya juga bagus,” ungkapnya.
Ketut Narti saat menanam ikatan rumput laut di lahannya
           Tidak mengherankan Ketut Narti berkata begitu. Lahan rumput lautnya ada di wilayah strategis. Melintasi jalan tanjakan menuju Goa Giri Putri, mata akan tertuju dengan hamparan lahan rumput laut di pinggir pantai.
Berhenti sejenak . Terperangah dengan hamparan lahan ini seakan menyapa setiap yang melintas
Mengikat bibit, menanam dan memanen rumput laut adalah proses singkat budidaya rumput laut. Tak lupa dikeringkan dan fermentasi. Rumput laut hijau akan berubah berwarna putih saat kering. Dikeringkan di halaman atau pinggir jalan dengan beralaskan tikar atau terpal menjadi pemandangan lain di jalanan Nusa Penida.
Setelah kering, rumput laut siap dijual. Ditempatkan dalam karung-karung beras siap dikumpulkan ke pengepul. “ Di Nusa Penida belum ada pabrik pengolahan rumput laut. Harga per kilogram rumput laut sekitar 4.000 rupiah per kg. Jadi harga murah sudah biasa,” ucap Nyoman Kita yang sudah 13 tahun menjadi petani rumput laut.

Hasil panen rumput laut dipikul menuju daratan
Aroma khas rumput laut tetap menyapa hingga kini. Menandakan kehidupan khas masyarakat pesisir tetap mewarnai pulau yang masuk wilayah Kabupaten Klungkung, Bali.

Jumat, 21 Februari 2014

Tak Hanya Smartphone, Manusia pun Harus Pintar


Febi nampak asyik dengan tabletnya. Mengabadikan penampilan sepupunya, Rio dalam sebuah pementasan Tari Baris di balai banjar.

Apa yang dilakukan Febi menjadi salah satu bukti perkembangan teknologi informasi saat ini. Semuanya serba mudah dan praktis. Tinggal mencari menu kamera dan jepret, foto pun tersimpan. Momen Rio menari tak akan terlewatkan.

Telepon selular (ponsel) saat ini tidak hanya untuk berkomunikasi saja. Banyak fitur yang disajikan oleh kehadiran smartphone (ponsel pintar). Mulai dari foto hingga berjejaring dengan media internet.

Jadi sudah kamu gunakan untuk apa ponsel pintarmu? Main twitter? Facebook? atau foto selfie?

Tidak hanya untuk urusan pribadi, ponsel pintarmu bisa berguna. Mengabadikan peristiwa dan membagikannya kepada dunia salah satunya.

Tentunya mengabadikan peristiwa tidak hanya melalui tulisan, foto juga bisa. Bahkan foto pun bisa bercerita layaknya tulisan. 

Foto apa yang terjadi di sekitarmu kemudian unggah ke media sosialmu, maka dunia pun akan tahu dalam waktu sekian detik.

Lomba foto di bawah ini bisa jadi salah satu sarana. 



Temanya pun spesial, menarik dan unik : " Pekerjaan Rumah dari Indonesia untuk Pemimpin Indonesia".

Spesial karena tahun 2014 yang katanya tahun politik. Calon pemimpin bangsa akan bertarung dalam pemilu 5 tahunan memperebutkan posisi menjadi pemimpin Indonesia.

Menarik karena pesertanya adalah pelajar atau mahasiswa di seluruh Indonesia. Pelajar dan mahasiswa adalah generasi muda yang akan meneruskan perjuangan bangsa di masa depan. Kepekaan pelajar dan mahasiswa terhadap pekerjaan rumah bagi pemimpin dituntut dalam lomba ini. Mulai dari hal kecil di sekitar bisa menjadi objek foto yang mungkin akan menggelitik pemimpin bangsa.

Unik pun karena temanya dari wilayah Indonesia Timur. Indonesia Timur menyimpan banyak potensi yang patut dikembangkan. Begitu pula dengan masalah. Harus diselesaikan. Itulah namanya pekerjaan rumah.

Spesial, menarik dan unik bukan?

Mari latih kepekaan akan lingkungan sekitar dan kecakapanmu dalam menggunakan teknologi sebagai bekal di masa depan :)