Jumat, 28 Desember 2012

Wow! Ramenya..



" Wow tumben Rapat Redaksinya rame! "


           Itulah kata-kata yang bisa mengungkapkan bahagia dan bersyukurnya saya. Ya memang rapat redaksi di @persakademika sejak dua tahun yang lalu saya masuk organisasi ini selalu sepi. Tapi syukurlah saat rapat redaksi perdana ini yang hadir mencapai 28 orang. Berhubung program kerja redaksi untuk tahun kepengurusan ini bisa dikatakan padat. Target untuk tahun ini terbitannya berupa buletin2, flyer, tabloid dan tulisan di media online. Rasa lelah memimpin rapat pun tak terasa. Walau harus menunda waktu makan malam. Terimakasih atas kepercayaan kawan-kawan. Semoga melalui semangat rapat redaksi perdana ini bisa tetap semangat hingga pengerjaan produk akademika. Hingga proses distribusi dan sampai di tangan civitas Akademika Udayana. Mungkin tulisan singkat ini merupakan ekspresi yang tak bisa saya tuliskan semuanya. Intinya, tetap Semangat Kawan ^^

Published with Blogger-droid v2.0.9

Rabu, 19 Desember 2012

                            Menapak Sejenak ke Bulian


         Cuaca jumat yang cerah (18/05), mengiringi perjalanan menapaki jalan perbukitan menuju sebuah desa tua yang berlokasi di daerah ujung utara Pulau Bali. Sebuah desa tua yang terletak di Kabupaten Buleleng menyimpan sebuah sejarah yang menarik ditelusuri. Desa Bulian nama desa tersebut. 

         Menapaki jalan menuju desa tua ini, kita akan disuguhi pemandangan perbukitan nan sepi. Desa Bulian memang berjarak cukup jauh dari Kota Denpasar yakni sekitar 108 km. Pemandangan bukit yang hijau namun sesekali gersang, menemani perjalanan memasuki desa tua ini. Sesekali tampak anak-anak desa yang tak mengenal lelah berjalan selepas pulang sekolah berkilo-kilo meter.

Gerbang masuk " Desa Bulian yang dipenuhi oleh barisan pepohonan dan perbukitan

        Jika kita diingatkan kembali mengenai sejarah kerajaan pertama di Indonesia, maka nama Kerajaan Kutai lah yang muncul. Namun siapa sangka di desa terpencil ini tersimpan '' kotak misteri' perjalanan kerajaan tua di Bali.

           Berdasarkan penuturan I Gede Suardana Putra, mantan Kepala Desa Bulian, Desa Bulian merupakan desa tua. “ Jika yang dilihat sebagai dasar adalah cerita para leluhur dan beberapa peninggalan kuno lainnya seperti, tulisan-tulisan prasasti dan lontar-lontar dan dari segi tatanan upacaranya,” tuturnya.

        Di Desa Bulian itu sendiri telah menyimpan berbagai peninggalan bersejarah. Peninggalan tersebut meliputi, Prasasti Bulian A dan B, Awig-awig Desa Bulian 1320, Awig-awig Desa Kubutambahan 1711, Lontar Kusuma Dewa, Lontar Tingkahing Mungkah Parahyangan, Lontar Sangkul Pinge, Sejarah Desa Bulian, Ketuturan Jero Pasek Bulian, Catatan Sejarah Raja-raja Bali Kuno Dr. R. Goris. Dan konon katanya Desa Bulian menyimpan ''kotak misteri' perjalanan kerajaan tua di Bali.

          “Dr. R Goris mempunyai tulisan mengenai Desa Bulian yang berupa naskah pribadi saja. Namun belum ada bukti autentik mengenai Desa Bulian sebagai kerajaan pertama di Bali. Indikasi ada tapi lokasi pasti mengenai Kerajaan Bali belum diketahui, “ pungkas I Gusti Made Suarbawa, Peneliti Balai Arkeologi Denpasar.

                Terlepas dari hal tersebut, di Desa Bulian terdapat dua peninggalan prasasti yaitu, Prasasti Bulian A dan Prasasti Bulian B. Prasasti Bulian A intinya berisi hal yang menyangkut tentang pemungutan pajak, profesi masyarakat, tindak pidana dan pembagian warisan.  

Peta wilayah Desa Bulian

           “ Desa Bulian dulunya bernama Desa Banyu Buah. Dimana dalam prasasti ini disebutkan pegawai pajak memungut pajak secara berlebihan. Sehingga menimbulkan sengketa antara penduduk dengan petugas pemungut pajak,” ulas I Gusti Made Suarbawa.

               Pernyataan ini diperkuat dengan cerita dari mantan Kepala Desa Bulian, I Gede Suardana Putra yang menyebutkan bahwa masyarakat Banyu Buah memberontak karena pajak yang dipungut berlebihan oleh pegawai pajak. Menurutnya, diperkirakan letak Kerajaan Bali Kuno awalnya di Desa Kawista yang merupakan Kubutambahan. “ Kemudian Kubutambahan hancur abad ke-3 kemudian munculah Desa Banyu Buah,” jelasnya.

               Sedangkan dalam Prasasti Bulian B berisikan tentang masalah keamanan yang menjadi isu mayor. Dimana dalam prasasti tersebut Desa kawista yang berubah menjadi hutan dan menjadi sarang perampok. Dan terdapat isu lain seperti alih fungsi lahan dari hutan menjadi sawah untuk keamanan, perekonomian dan lingkungan.

                 Mungkin cerita prasasti tersebut menjadi sedikit gambaran akan kekayaan yang ada di desa tua ini. Desa Bulian memang merupakan desa yang sepi, tenang namun sarat misteri. Berbeda dengan daerah di selatan Pulau Bali yang penuh hiruk pikuk pariwisata ala "barat".  Sebuah perjalanan yang menarik untuk mengetahui sisi lain Pulau Bali yang terkenal dengan sejuta pesonanya. Dengan dibungkus oleh atmosfer ketenangan untuk berlari dari sesaknya Kota Denpasar sejenak.